Kamis, 27 Februari 2014

INFO DONASI JAN'14

Maaf kepada para pengunjung setia blog ini atas keterlambatan informasi donasi LilikShop ke Rumah Singgah.. Selama ini kami masih setia memberikan dukungan kepada anak-anak pelajar yang membutuhkan.


Berikut informasi untuk bulan Januari 2014



Selasa, 25 Februari 2014

PROFIL ANATA SETIARSA

Bila cinta terbagi apalah daya harus berpisah, namun kalau anak yang terbagi... apakah bisa?? Saya mengalami dilema demikian. Harus memilih cinta yang terbagi antara papa dan mama. Papa dan mama berpisah sejak saya masih kecil. Masa kecil saya tidak pernah merasakan kasih sayang papa. Mama yang membawa dan menyekolahkan saya seorang diri di Jombang, tanah kelahiran saya.

Nama saya, Anata Setiarsa, lahir pada tanggal 14 April 1995. Dengan kehidupan terombang ambing, saya mengorbankan masa kecil saya, pendidikan saya terlambat sampai 3 tahun.

Papa setelah meninggalkan saya, akhirnya menikah lagi. Saat itu, saya masih duduk di bangku kelas I SD di Jombang. Setahun sebelum saya menyelesaikan pendidikan kelas I SD, nenek dari papa, mengambil saya dan menyekolahkan saya di Malang (terpaksa harus mengulang kelas I SD di Malang). Dalam situasi yang membingungkan, papa datang beberapa bulan kemudian dan mengambil saya, mengajak saya ke Surabaya. Di sana saya tinggal dengan papa dan istri barunya. Sekali lagi, saya harus mengulang kelas I SD di tahun yang ketiga.

Kepedihan hati dan kerinduan melanda kala teringat mama yang jauh. Sosok papa yang saya rindukan tidak saya dapati di rumah. Setiap kali saya bertemu dengannya, ujung-ujungnya pasti dia akan memukul saya, dengan berbagai macam alasan. Saya hidup dipenuhi dengan kepahitan terhadap papa.

Saya ketemu mama lagi, ketika saya menginjak usia 13tahun. Saat itu saya baru kelas 5 SD.

Saya bertumbuh menjadi seorang anak yang suka memberontak dan tidak tunduk pada otoritas. Pada awal SMP, saya menemukan komunitas yang bisa mengisi ruang gelap saya. Mereka mengajak saya minum, lalu meningkat menjadi suka merokok. Terakhir adalah ketagihan film pronografi. Kebiasaan dengan teman-teman kalau kumpul, minum sebotol tiap hari. Merokok sebungkus dibagi bersama. Menonton di rumah teman, kadang sampai tidak pulang ke rumah.

Saya butuh kasih sayang, namun siapakah yang akan menyayangi saya apa adanya? Teman-teman hanya sementara kumpul saja, baru saya merasakan kasih. Tapi jika sudah kembali ke rumah dan sendiri, siapakah yang akan mendengar keluhan di hati? Mama sudah tidak saya temui lagi. Papa sibuk menyayangi istri dan keluarga barunya.

Secara materi, saya terpenuhi. Tapi jauh di lubuk hati saya, kebutuhan belaian, bagaikan lubang hitam yang menganga dan menarik segala sesuatu yang ada dalam diri saya. Yang tinggal hanyalah sebongkah emosi yang meluap-luap, karena kepahitan terhadap papa. Setiap kali kemarahan itu muncul, maka tidak segan saya akan mencari musuh di antara teman-teman sekolah. Lega rasanya bisa memukul seseorang.

Agustus 2011, saya bertemu dengan Tante Setyarini (Pengurus Rumah Singgah) yang kemudian, mengajak saya untuk tinggal di Rumah Singgah. Awalnya, saya berontak dengan semua disiplin, apalagi harus tunduk pada perintah.

Perlahan-lahan, saya menyadari bahwa semua disiplin waktu dan aktivitas, membuat hidup saya teratur dan terarah. Pola hidup saya terbentuk menjadi kebiasaan positif. Saat teduh setiap subuh, doa malam, kerja pagi dan sore secara bergilir. Semua itu, telah menjadi kebiasaaan baik. Belum lagi Komsel (komunitas kelompok kecil yang saling membangun) dan Ibadah Raya yang membangun kerohanian saya.

Saya juga diikutkan SPK (Pemulihan dan Penyembuhan luka batin) dan kelas PP (Pengembangan Pribadi), yang menghantarkan saya pada cara berpikir yang luar biasa. Saya diterima oleh Bapa karena saya begitu berharga. Saya tidak perlu lagi takut akan lubang hitam itu, karena Bapa di Surga telah mengangkatnya, serta mengisinya dengan kehadiranNya yang begitu manis.

Terima kasih atas jamahanMu yang luar biasa. Saya bersyukur karena telah bertemu dengan Tante Setyarini, yang mengajak saya ke Rumah Singgah. Buat Cik Hanna (Penatua GBI Kristus Pencipta) dan segenap pihak donator, saya haturkan terima kasih. Saya beroleh kesempatan baik, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih baik, serta pertumbuhan rohani di gereja.

Melihat dan membaca kisah Anata ini, LilikShop bersyukur dapat menjadi salah satu donator agar setiap pemuda yang membutuhkan bisa hidup dan melanjutkan sekolah. Meskipun hanya sedikit yang bisa diberikan bila dibandingkan dengan kebutuhan yang ada, LilikShop belajar setia memberi.. LilikShop mengucapkan juga terima kasih untuk para customer yang telah membeli produk-produk kami.. Tuhan Yesus memberkati.. Link blog.. www.lilikfashion.blogspot.com